Tiada lembah tiada gunung
Tiada kota tiada dusun
Suaramu terdengar merayu
Mengantarkan lagu-lagu
Baik siang maupun malam
Baik suka maupun duka
Kau arungi gelombang suara
Kau hampiri pendengarmu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Pendengarmu tak kenal wajahmu
Pendengarmu tak tau rumahmu
Suaramu pengenalmu
Menyentuh merayap kalbu
Diudara, hilang suaramu
Diudara, terasa kelam
Lagu merdu, terasa kelabu
Kemanakah gerangan tuan
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... merdu...
(Bimbo - Balada Seorang Penyiar)
Setidaknya itulah yang dikatakan salah satu group musik legendaris di tanah air yaitu Bimbo, yang menggambarkan kehidupan seorang penyiar. Siang maupun malam, suka maupun duka selalu menghampiri dan menyapa pendengarnya dengan suara khas yang dimilikinya. Keramahan seorang penyiar radio dalam menyapa pendengarnya merupakan satu kelebihan yang memang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. "Penyiar radio merupakan ujung tombak stasiun radio sehingga kata 'penyiar' seringkali diidentikkan kepada sebuah stasiun radio", demikian kira-kira apa yang diungkapkan Kang Romel pada saat menyampaikan setiap materi mengenai radio dan kepenyiaran.
Dengan mengarungi gelombang elektromagnetik, seorang penyiar radio menghampiri pendengarnya baik di kota maupun di desa hanya sekedar untuk beramah tamah, saling menyapa atau memutarkan lagu-lagu. Hanya sekedar itukah? Tentu tidak, seorang penyiarpun harus dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi melalui acara yang dibawakannya. Selain itu seorang penyiar dituntut pula untuk dapat mengendalikan emosi pada saat mengudara. Segala luapan emosi pribadi pada saat mengudara sedapat mungkin harus ditahan.
"Jadi penyiar radio itu gampang-gampang susah", demikian yang dikatakan Kang Romel dan memang demikian adanya.
Ya... setidaknya dengan mendengarkan lagu yang satu ini akan selalu terkenang masa-masa indah di dunia radio. Radio memang selalu ada dihati...
Tiada kota tiada dusun
Suaramu terdengar merayu
Mengantarkan lagu-lagu
Baik siang maupun malam
Baik suka maupun duka
Kau arungi gelombang suara
Kau hampiri pendengarmu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Pendengarmu tak kenal wajahmu
Pendengarmu tak tau rumahmu
Suaramu pengenalmu
Menyentuh merayap kalbu
Diudara, hilang suaramu
Diudara, terasa kelam
Lagu merdu, terasa kelabu
Kemanakah gerangan tuan
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... sungguh merdu
Dikau penyiar pujaan pendengarmu
Suaramu... merdu...
(Bimbo - Balada Seorang Penyiar)
Setidaknya itulah yang dikatakan salah satu group musik legendaris di tanah air yaitu Bimbo, yang menggambarkan kehidupan seorang penyiar. Siang maupun malam, suka maupun duka selalu menghampiri dan menyapa pendengarnya dengan suara khas yang dimilikinya. Keramahan seorang penyiar radio dalam menyapa pendengarnya merupakan satu kelebihan yang memang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. "Penyiar radio merupakan ujung tombak stasiun radio sehingga kata 'penyiar' seringkali diidentikkan kepada sebuah stasiun radio", demikian kira-kira apa yang diungkapkan Kang Romel pada saat menyampaikan setiap materi mengenai radio dan kepenyiaran.
Dengan mengarungi gelombang elektromagnetik, seorang penyiar radio menghampiri pendengarnya baik di kota maupun di desa hanya sekedar untuk beramah tamah, saling menyapa atau memutarkan lagu-lagu. Hanya sekedar itukah? Tentu tidak, seorang penyiarpun harus dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi melalui acara yang dibawakannya. Selain itu seorang penyiar dituntut pula untuk dapat mengendalikan emosi pada saat mengudara. Segala luapan emosi pribadi pada saat mengudara sedapat mungkin harus ditahan.
"Jadi penyiar radio itu gampang-gampang susah", demikian yang dikatakan Kang Romel dan memang demikian adanya.
Ya... setidaknya dengan mendengarkan lagu yang satu ini akan selalu terkenang masa-masa indah di dunia radio. Radio memang selalu ada dihati...
0 comments:
Posting Komentar