Dua kata yang sangat menyentuh sekaligus menyeramkan bukan?. Istilah ini sering diungkapkan oleh para mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi lebih lama dari yang lain. Pada dasarnya, kuliah memerlukan waktu sekitar empat tahun saja. Tetapi ada juga yang lebih lama dari waktu yang ditetapkan, misalnya 6 atau bahkan 7 tahun hingga menjelang deadline waktu yang diberikan perguruan tinggi untuk masa belajar di sana. Bisa jadi karena lamanya belajar itu, maka dia disebut sebagai mahasiswa abadi.
Seorang mahasiswa biasanya takut sekali jika disebut sebagai mahasiswa abadi. Dia akan menjadi korban ejekan dan olok-olok dari teman-temannya. Atau paling tidak, dia akan merasa malu jika harus masuk kelas sedangkan di dalam kelas tersebut adalah adik kelas semua.
Sedikitnya memang kenyataan demikian, tetapi jika ditinjau dari dua kata tersebut, tidaklah mengherankan jika banyak sekali yang takut pada dua kata ini. Padahal, apa sih yang harus ditakutkan dari dua kata ini?.
Waktu SD dulu, bahkan sampai sekarang, saya masih ingat pada ucapan ustad di tempat saya belajar mengaji. Beliau sering berkata: "Sampai kapan pun, jangan lupa untuk belajar...!". Beliau pun sering menerangkan hadits Nabi yang artinya: "Carilah ilmu olehmu sedari dalam buaian ibu hingga menjelang akhir hayatmu".
Kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan tidak hanya terbatas di dunia akademis seperti di perguruan tinggi saja, tetapi juga setelah lulus kuliah pun kita membutuhkannya. Perkembangan sains dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia semakin hari semakin maju. Hal ini tentu saja harus dibarengi dengan pengetahuan yang bertambah pula.
Sewaktu kuliah dulu mungkin belum ada yang disebut blog. Seiring perkembangan pengetahuan, maka website pun berkembang. Sekarang, blog banyak bertebaran di mana-mana. Jadi, tidak ada batasan untuk belajar. Tidak sedikit pula para guru dan para dosen yang melanjutkan belajar secara akademis. Lantas, mengapa mereka tidak disebut pula sebagai mahasiswa abadi?.
Seorang mahasiswa biasanya takut sekali jika disebut sebagai mahasiswa abadi. Dia akan menjadi korban ejekan dan olok-olok dari teman-temannya. Atau paling tidak, dia akan merasa malu jika harus masuk kelas sedangkan di dalam kelas tersebut adalah adik kelas semua.
Sedikitnya memang kenyataan demikian, tetapi jika ditinjau dari dua kata tersebut, tidaklah mengherankan jika banyak sekali yang takut pada dua kata ini. Padahal, apa sih yang harus ditakutkan dari dua kata ini?.
Waktu SD dulu, bahkan sampai sekarang, saya masih ingat pada ucapan ustad di tempat saya belajar mengaji. Beliau sering berkata: "Sampai kapan pun, jangan lupa untuk belajar...!". Beliau pun sering menerangkan hadits Nabi yang artinya: "Carilah ilmu olehmu sedari dalam buaian ibu hingga menjelang akhir hayatmu".
Kebutuhan akan ilmu dan pengetahuan tidak hanya terbatas di dunia akademis seperti di perguruan tinggi saja, tetapi juga setelah lulus kuliah pun kita membutuhkannya. Perkembangan sains dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia semakin hari semakin maju. Hal ini tentu saja harus dibarengi dengan pengetahuan yang bertambah pula.
Sewaktu kuliah dulu mungkin belum ada yang disebut blog. Seiring perkembangan pengetahuan, maka website pun berkembang. Sekarang, blog banyak bertebaran di mana-mana. Jadi, tidak ada batasan untuk belajar. Tidak sedikit pula para guru dan para dosen yang melanjutkan belajar secara akademis. Lantas, mengapa mereka tidak disebut pula sebagai mahasiswa abadi?.
0 comments:
Posting Komentar